BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Selasa, 14 April 2009

Mengenal Kamera

Kamera

merupakan salah satu alat yang dipakai untuk mendokumentasikan suatu peristiwa. Dalam dunia kewartawanan, kamera biasa dipakai untuk mengabadikan momen-momen tertentu yang sedang terjadi untuk kemudian disampaikan sebagai berita.
Ada bermacam-macam jenis kamera. Salah satu jenis kamera yang biasa dipakai untuk mengabadikan momen adalah jenis kamera SLR (Single Lens Reflex). Jenis ini sering dipakai karena fasilitas kameranya yang lebih banyak daripada kamera saku biasa, seperti misalnya fasilitas penggantian lensa kamera yang tidak mungkin dilakukan pada kamera saku biasa. Saat ini sudah ada kamera SLR digital yang lebih dikenal sebagai DSLR (Digital Single Lens Reflex). Bagian-bagian kamera SLR antara lain :
1. Tuas pengokang film (film advance lever), untuk menyiapkan kamera pada posisi siap bidik sekaligus memajukan film ke bingkai berikutnya.
2. Tuas bidikan ganda (multiple exposure lever), untuk memasang kamera pada posisi siap bidik tanpa memajukan film ke bingkai berikutnya. Alat ini digunakan untuk melakukan pemotretan pada bingkai yang sama lebih dari satu kali. Umumnya, alat ini dipakai bersamaan dengan pengokang film.
3. Gelang kecepatan rana (shutter speed ring), gelang penunjuk kecepatan. Jika menunjukkan kecepatan angka 60 berarti tirai rana untuk meloloskan cahaya adalah 1/60 detik.
4. Gelang kecepatan film ASA/ISO (film speed ring), gelang penunjuk angka ISO film.
5. Tempat lampu kilat (hotshoe contact), tempat untuk memasang lampu kilat pada kamera.
6. Terminal sinkronisasi lampu kilat (synccord terminal), soket untuk memasang kabel tambahan yang dihubungkan dengan lampu kilat.
7. Gelang kompensasi pencahayaan (exposure compensation ring), untuk mengatur jumlah pencahayaan yang lebih banyak atau sedikit dari jumlah yang ditunjukkan gelang kecepatan.
8. Tuas penggulung balik (film rewind crank), untuk menggulung film kembali ke selongsongnya.
9. Kunci pelepas rana (lens release button), tombol untuk memasang atau melepaskan kamera.
10. Tuas pengontrol ruang tajam (depth-of-field preview lever), untuk mengetahui ruang tajam yang dapat direkam kamera.
11. Penangguh waktu (self timer), tuas yang digunakan jika pemotret ingin ikut berpose.
12. Tombol pelepas rana (shutter release button), tombol untuk memotret.
13. Jendela penghitung (frame counter), untuk melihat jumlah bingkai film yang sudah terpakai.
14. Gelang fokus (focusing ring), untuk mengatur fokus.
15. Gelang diafragma (aperture ring), untuk mengatur pemilihan bukaan diafragma.
Bagian-bagian kamera DSLR tak jauh berbeda dengan kamera SLR. Pada dasarnya, hampir sama dengan kamera SLR. Ada beberapa fasilitas pada kamera DSLR yang tidak ada pada kamera SLR, seperti misalnya adanya monitor LCD pada kamera DSLR yang berfungsi untuk melihat fasil foto serta menu pengesetan kamera.

Cara kerja kamera SLR
Cara kerja kamera ini diawali dengan masuknya cahaya melalui lensa. Cahaya akan dipantulkan oleh kaca pembidik ke atas melalui layar, lalu dipantulkan kembali secara tegak lurus keluar melalui jendela pembidik. Fokus-tidaknya obyek akan terlihat pada layar. Pada saat rana ditekan, secara otomatis cermin pembalik terangkat. Bersamaan dengan proses tersebut, tirai rana terbuka sesuai dengan kecepatan yang diatur pada gelang kecepatan. Di belakang tirai rana inilah film dibentangkan sehingga cahaya yang masuk akan mengenai film. Setelah tirai rana menutup kembali, cermin pembalik turun seperti keadaan semula.

Lensa
Lensa merupakan komponen penting sebuah kamera. Pada lensa kamera, terdapat elemen-elemen yang terdiri dari lensa cembung dan cekung. Melalui bagian-bagian yang terdapat pada lensa kamera, fokus-tidaknya suatu obyek dan bukaan diafragma dapat diatur sesuai kebutuhan. Variasi lensa untuk kamera SLR bermacam-macam sehingga foto yang dihasilkan juga bermacam-macam. Pada dasarnya, lensa dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu :
1. Lensa fix
Yaitu lensa yang memiliki 1 panjang fokus (titik api) sehingga sudut pandangnya tetap. Misalnya : Lensa wide dengan panjang fokus 17 mm atau 22 mm, lensa normal dengan panjang fokus 35 mm, atau lensa tele dengan panjang fokus 70 mm.
2. Lensa vario focal (zoom)
Yaitu lensa dengan panjang fokus yang berubah-ubah / dapat bergeser sehingga sudut pandangnya (angle of view) dapat diubah-ubah. Misalnya : Lensa dengan panjang fokus 17-35 mm, lensa dengan panjang fokus 21-35 mm.
3. Lensa spesial
Biasanya lensa ini digunakan untuk kepentingan khusus. Beberapa diantaranya : Lensa mata ikan (fish eye), lensa perspective correction yang bisa mengoreksi perspektif objek foto arsitektur, lensa soft focus, untuk memperoleh efek yang lembut pada pemotretan.

Alat kontrol Penting pada Kamera
Semua alat kontrol kamera berperan penting pada proses pemotretan. Namun, fokus, kecepatan rana (shutter), dan diafragma merupakan alat kontrol yang peling sering digunakan. Kecepatan rana dan bukaan difragma memperngaruhi pencahayaan film, sedangkan fokus-tidaknya pembidikan objek mempengaruhi ketajaman gambar.

ISO
Pada kamera SLR, media yang digunakan untuk menyimpan gambar adalah film. Lewat film, sebuah peristiwa digambarkan dan direkam dan sebuah lapisan emulsi yang peka cahaya sehingga bisa dilihat dan dinikmati. Sebagai alat rekam, film mengalami proses pencucian kemudian pencetakan untuk melihat hasil akhir pemotretan. Lewat proses ini, rekaman gambar yang tersembunyi tadi muncul sebagai bentuk nyata melalui klise pada film positif atau cetak di kertas film pada film negatif. Saat ini telah ada teknologi digital di mana hasil foto dapat langsung dilihat melalui monitor LCD yang ada pada kamera digital.
Selain ukuran film dan jenis film, terdapat ISO (International Standards Organization), dulu dikenal dengan nama ASA (American Standard Assocoation) atau DIN (Deutsche Industrie Normenausschuss), merupakan standar yang dipakai untuk ukuran kepekaan film. Melalui ISO, dapat diketahui kepekaan film terhadap pencahayaan suatu objek foto. Semakin peka ukuran ISO, semakin peka film itu terhadap cahaya. Artinya, film dengan ISO 400 lebih peka terhadap cahaya daripada film ber-ISO 25 sehingga cocok untuk di dalam ruangan.

Komposisi gambar
Untuk menghasilkan foto yang indah dan menarik, komposisi foto harus diperhatikan. Foto dengan komposisi yang tepat akan lebih menarik daripada foto yang komposisinya kurang tepat.
Ada beberapa cara mengatur komposisi foto :
1. Format Vertikal atau Horizontal
Orang lebih sering memotret dengan format ini karena foto dengan posisi horizontal akan memberikan nuansa ketenangan, harmoni, keteraturan, kestabilan, dan kedamaian. Sedangkan posisi vertikal akan memberi kesan ketegaran, kokoh, dan kekuatan.
2. Perulangan dan Ritme
Ritme dapat disusun berdasarkan bentuk warna, ukuran, posisi, atau sikap (pose) objek. Ada kalanya, untuk perbedaan dari objek lain menjadi kejutan dari ritme atau perulangan. Hal ini efektif untuk memikat mata. Pada foto.
3. Garis Diagonal yang Dinamis
Bentuk garis diagonal semu dari pemandangan, jajaran pohon, atau lainnya. Bentukan garis diagonal ini sangat mudah menarik perhatian.
4. The Rule of Third (Golden Ratio)
Ide dasarnya adalah dengan membayangkan frame bidikan sebagai sebuah bingkai yang kemudian dibagi menjadi 9 bagian yang sama. Pembaginya adalah 2 garis horizontal dan 2 garis vertikal. Selanjutnya letakkan subjek atau bagian penting pada subjek tepat di / dekat titil pertemua antar. Dengan komposisi seperti ini, akan membawa mata pemandang ke seluruh gambar dan membangun komposisi yang lebih seimbang.
5. Golden Section
Pedoman komposisi ini tercipta dengan menarik garis diagonal, menghubungkan 2 sudut bidang foto yang saling berhadapan. Selanjutnya ditarik 2 garis tegak lurus terhadap garis diagonal, berawal dari titik sudut lain. Maka didapat 3 segitiga siku-siku yang saling berhimpit. Titik pertemuan itulah yang menjadi posisi ideal untuk menempatkan objek foto.
6. Membuat framing
Memanfaatkan bentuk objek sebagai bingkai untuk objek lain di depannya. Misal, jendela yang sedang terbuka dengan pemandangan pantai di depannya.

Fotografi jurnalistik
Menurut orang awam, memotret itu mudah. Tinggal mengintai objek kemudian menekan tombol rana maka jadilah sebuah foto. Namun, hal itu berbeda dengan foto jurnalistik yang mengandung berita. Pembuatannya tidak bisa dikatakan mudah meski peralatannya kian canggih. Foto jurnalistik tidak hanya mengandalkan kemampuan teknis kamera dan lensa atau menggunakan peralatan canggih serba otomatis. Pemahaman tentang apa dan bagaimana sesungguhnya fotografi jurnalistik merupakan unsur terpenting.
Pada intinya foto jurnalisitik dan foto berita sama. Kalaupun ada perbedaan, hanya masalah disiarkan atau tidak. Foto jurnalistik adalah foto yang mengandung beritak sehingga punya kemungkinan disiarkan/dipublikasikan. Sedangkan foto berita adalah foto yang juga mengandung berita, tapi karena dipublikasikan/disiarkan maka dia disebut foto berita.
Foto sebagai ungkapan berita sesungguhnya harus punya unsur yang sama dengan berita tulis. Keduanya harus memuat unsur apa (what), di mana (where), kapan (when), dan mengapa (why). Bedanya foto memiliki kelebihan untuk menyampaikan unsur bagaimana (how). Layaknya penulis yang menggunakan istilah / gaya dalam menulis yang dapat membangkitkan emosi pembaca, unsur-unsur dalam foto berita juga dapat disusun untuk membangkitka emosi atau kekaguman. Nilai foto berita secara umum dilihat dari gema peristiwanya. Ketepatan informasi dan kecepatan penyiaran merupakan hal utama. Tentu saja foto ysng baik, artistik, dan sesuai tuntutan akan bernilai lebih.
Fotografi jurnalistik memiliki kategori antara lain : Berita spot, berita feature, berita olahraga, berita potret, berita pariwisata, berita fesyen, berita celah kehidupan, berita lingkungan hidup, berita satwa/binatang, serta berita humor.
Hakikat kerja kewartawanan adalah memilih berita. Mata pekerja media massa (kora) yang terlatih dan kritis melihat peristiwa yang mengandung berita membuat segala objek bisa diseleksi menjadi berita. Ada beberapa cara untuk belajar kritis dalam melihat peristiwa sambil belajar menyeleksi berbagai foto :
a. Apakah foto itu bisa dikategorikan foto berita ? Jika baru saja terjadi, bisa dikategorikan berita hangat atau spot news.
b. Seberapa penting peristiwa yang diabadikan – berskala lokas/nasional atau internasional ?
c. Jika foto akan dikirim ke berbagai media, jangan mengirimkannya sekaligus.
d. Pilih perusahaan penerbitan tepercaya dan bereputasi baik.
e. Pilih media cetak yang beretika melindungi sumber berita, lepas dari urusan suka-tidak suka.
f. Beri keterangan foto yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan (sesuai kejadian). Keterangan foto yang baik mampu melengkapi sisi yang belum tersirat di foto.


0 komentar: